« Kembali

Program Pengembangan Budidaya Kakao

Kategori : Livelihoods Recovery

Dampak terbesar bencana gempa dan tsunami di Kepulauan Mentawai adalah kerusakan dan kerugian pada sektor ekonomi produktif, yakni mencapai 34% dari total nilai kerusakan dan kerugian. Melihat kenyataan ini, pendanaan dari IMDFF-DR diarahkan untuk mendukung pemulihan mata pencaharian (livelihood) masyarakat yang terkena dampak bencana.

Kegiatan pembinaan masyarakat dimulai dengan identifikasi komoditi yang sesuai untuk dikembangkan di daerah intervensi. Berdasarkan kajian dan diskusi dengan masyarakat, disepakati bahwa kakao menjadi tanaman utama pisang serta pinang sebagai tanaman pelindung. Komoditi lain yang disepakati untuk dikembangkan adalah sapi potong, tanaman semusim (kacang hijau dan jagung), talas/keladi serta ikan air tawar. Komoditi-komoditi tersebut diharapkan dapat menjadi sumber pangan dan mata pencaharian bagi masyarakat di pemukiman baru nantinya.

Pertanian terpadu (integrated farming) merupakan pertanian dengan menerapkan pencampuran berbagai komoditi di dalam suatu luasan lahan dengan prinsip saling mendukung satu sama lainnya, sehingga pemanfaatan lahan lebih optimal. Optimalisasi ini akan berdampak terhadap peningkatan nilai tambah dan keberlanjutan usaha petanian. Kondisi tersebut dapat dicapai karena secara alamiah kesuburan lahan dapat dipertahankan, hama dan penyakit mudah dikendalikan dan kebutuhan terhadap input eksternal dapat dikurangi.

Pada umumnya petani di daerah intervensi telah melakukan kegiatan pertanian campuran, namun belum dilakukan secara sistematis dan belum memperhatikan keterkaitan antara satu komoditi dengan komoditi lainnya. Tanaman kakao dicampur dengan tanaman pisang, atau tanaman lain tanpa memperhatikan jarak tanaman sehingga antara pencahayaan dan kelembaban di sekitar kakao tidak optimal. Umumnya kakao tidak mendapat pencahayaan yang cukup, sehingga kelembaban menjadi tinggi yang mengakibatkan mudah tumbuhnya jamur penyebab penyakit pada tanaman kakao.

Serangkaian pelatihan budidaya kakao telah dilaksanakan untuk meningkatkan pengetahuan serta kemampuan para petani dalam pengelolaan tanaman dan lahan melalui pembekalan teori dan praktek langsung di lapangan. Demo plot, atau lahan percontohan, dibentuk dan dijadikan sebagai tempat pelatihan di tiga lokasi; yakni di Km 10 Pagai Utara serta Km 27 dan Km 37 Pagai Selatan.

Program Peningkatan Kapasitas Pelatih Lokal

Kategori : Livelihoods Recovery

Sebanyak 30 pemuda Mentawai (9 perempuan dan 21 laki-laki) yang terkena dampak tsunami pada 2010 berhasil menyelesaikan dan lulus proses sertifi kasi pelatihan kerja berbasis kompetensi di tiga bidang: pelatihan servis motor (240 jam), pembuatan furnitur (240 jam) serta pembuatan makanan ringan (120 jam). Selain keterampilan teknis, para pemuda ini juga mendapat pelatihan kewirausahaan modul GET Ahead dari ILO selama 8 hari.

Paska pelatihan, para pemuda tersebut kembali ke Kepulauan Mentawai untuk ikut membangun kembali masyarakat setempat. Mereka berperan sebagai pelatih bagi 200 warga lokal, yang juga memiliki keinginan untuk berkembang menjadi wirausahawan.

Selain itu, ke-30 pemuda pelopor menerima Bantuan Pasca Pelatihan agar dapat membuka usaha sendiri. Bantuan tersebut terdiri dari penyediaan peralatan kerja standar untuk membuka usaha sendiri (seperti peralatan pembuatan furnitur, servis motor dan pembuatan makanan ringan serta alat pengemasan) serta bantuan pengembangan usaha oleh sebuah tim konsultan bisnis.

Program Pelatihan Usaha Makanan Ringan

Kategori : Livelihoods Recovery

Dalam program ini, 200 warga (199 perempuan dan 1 laki-laki), yang berasal dari 10 dusun di 3 tempat relokasi KM 10 di Pagai utara, serta KM 27 dan KM 37 di Pagai Selatan, dilatih untuk menjadi wirausahawan. Mereka mendapatkan dua jenis pelatihan; yakni training pembuatan makanan ringan serta pelatihan kewirausahaan (Training of Entrepreneur). Pelatihan bertumpu pada prinsip efisiensi, efektifitas serta relevansi; dengan tujuan akhir dapat mendukung peningkatan langsung dari mata pencaharian para peserta.

Training pembuatan makanan ringan mengambil modul pelatihan 120 jam. Pembelajaran difokuskan pada pembuatan makanan ringan yang terbuat dari pisang, singkong dan talas. Para peserta dilatih untuk memproduksi makanan ringan seperti pisang renyah, talas renyah serta makanan ringan ikan. Sementara itu, pelatihan kewirausahaan dilaksanakan dengan menggunakan modul GET Ahead dari ILO.

Pelatihan kewirausahaan selama lima hari ini difasilitasi 15 pelatih lokal yang sudah menyelesaikan pelatihan untuk pelatih GET Ahead ILO selama delapan hari.